Pencuri Hati
Seperti biasa, Renia sibuk mempersiapkan roti-roti yang
akan dipajang di etalase coffeshop tempat ia bekerja. Hampir tiga bulan
lamanya Renia bekerja disana dan selama itu pula ia dipercaya oleh Miss
farah, si pemilik cafe untuk menghandlenya. Miss Farah itu gelar mereka
pada si pemilik cafe, umurnya baru menginjak 24 tahun dan wajahnya yang
ayu, sangat memikat.
Hari ini miss Farah mau menjamu teman-teman lamanya di cafe dan hampir semua karyawan masuk dan sibuk dari jam enam pagi tadi. sebentar lagi tamu-tamu Miss Farah datang, Renia segera memberi instruksi pada teman-temannya untuk segera bersiap-siap.
Tepat pukul sembilan. Semua tamu undangan datang. Renia langsung memberikan instruksi pada sebagian rekan-rekannya untuk stand by berdiri di tempat yang telah ditentukan tadi. Renia sendiri berdiri tepat di depan pintu.
Tampak Miss Farah datang dengan Jazz merahnya mengenakan setelan modis ciri khasnya dengan dandanan minimalis sangat memikat.
“Kerja yang bagus” ujar Miss Farah setengah berbisik pada Renia. Renia membalas dengan senyuman menarik.
“Terima kasih, Miss” balasnya.
“Oh ya, nanti ada tamu spesial yang datang, tolong kamu layani dia dengan baik. karena dia begitu spesial bagi saya” ucap Miss Farah merona.
“Baiklah, Miss” jawab Renia sekenanya.
Tapi Renia bisa menebak kalau tamu spesial ini pasti laki-laki yang berhasil memikat Miss Farah yang begitu selektif dalam memilih pasangan.
Sebuah Audi melesat berhenti tepat di depan pintu cafe, sang pemilik turun dengan wibawanya, mengenakan setelan kemeja biru bergaris halus sangat pas dengan badannya yang atletis dan paras wajah yang sangat memikat.
Ketika kakinya melangkah masuk, semua mata tertuju padanya. Renia tampak kaget karena tamu itu membuka pintu sendiri, ia takut kena marah sama Miss Farah, langsung gelagapan dan menuju pintu masuk namun sebuah insiden menimpanya. Renia selip dan bisa dibayangkan betapa sakitnya jika pantatnya mendarat di lantai. Entah sambutan darimana, Renia merasakan sebuah dekapan membantunya. Jantung Renia seakan berpacu dibuatnya.
“Berhati-hatilah” ucap suara berat itu menyentakkan kesadaran Renia.
Dengan malu, renia berdiri sempurna sambil menyembunyikan rona merah di wajahnya.
“Maafkan saya, pak” ucapnya kikuk.
“Tidak apa-apa” ucap laki-laki itu sembari tersenyum.
“Kamu tidak apa-apa Renia” tanya Miss Farah yang telah berdiri tepat di samping laki-laki yang menolong Renia.
“Tidak apa-apa, Miss” jawab Renia mmasih tertunduk.
“Ok, yuk Kevin, aku mau ngajakin kamu gabung dengan yang lain” ajak Miss Farah sambil mengapit pada lengan Kevin, nama laki-laki itu.
kevin menganggukkan kepalanya dan menyamakan langkah dengan Farah.
—
“Sorry ya, Far, gue rusak acara lo kemarin” ucap Renia bersalah.
“Udah, ngapain lo sungkan gitu. Semua baik-baik kok. Kevin sudah menolong lo” ujar Farah meyakinkan.
Farah dan Renia adalah teman lama yang dipertemukan kembali di saat Renia mengantar lamaran di cafe milik Farah. Farah langsung menerima Renia dan menjadikan sahabatnya itu sebagai orang kepercayaan di cafe.
“Sepertinya tamu yang spesial itu dia” goda Renia.
Pipi Farah merona seketika.
“Apaan sih, Re. Dia itu teman” ujar Farah menyangkal.
“Oh ya” ujar Renia tidak percaya.
“Sudah ah, gue mau pulang. Hari ini lo tutup sendiri yah” ucap Farah menyudahi.
“Ya Miss Farah” goda Renia, karena rona merah di pipi Farah belum hilang.
Farah melemparkan senyuman khasnya pada Renia dan langsung memutar badannya menuju parkiran.
Sepuluh menit lagi cafe tutup, Renia sengaja menyuruh karyawan Yang lainnya segera tutup karena malam ini, Renia ingin bereksperimen sebentar di dapur cafe. Tadi pagi ia sempat browsing resep terbaru dan ingin mempraktikkannya.
“Kita duluan Re” ucap rekan-rekannya pamit.
“Bye” balas Renia dan menutup pintu cafe.
Belum sempurna langkahnya. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu cafe.
Pasti pengunjung ngidam, pikirnya usil.
Renia segera membuka pintu cafe dan mendapati laki-laki kemarin yang menolongnya.
Ada apa laki-laki itu datang kesini, apakah dia mencari Farah. sebelum memutuskan untuk berbicara laki-laki itu tersenyum padanya.
“Boleh saya masuk” tanya Kevin polos.
“Oh, silahkan” jawab Renia mempersilahkan.
Kevin langsung masuk dan mengambil tempat duduk di dekat counter kue.
“Kamu mau mencari Miss Farah?” tebak Renia ragu.
“Tidak juga, tadi kebetulan lewat. Jadi mampir gitu” ujar Kevin santai sambil mengamati suasana cafe yang terlihat sepi.
“Kenapa sepi?” lanjutnya.
Renia menarik napas, sedikit kesal namun bersikap dingin bukan lah tipenya.
“sudah jam sembilan, cafe sudah tutup pak” ucap Renia santai sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
“Owh, jadi aku pengunjung ilegal yah” goda Kevin tersenyum, sedikit merasa bersalah.
“Tidak masalah pak”.
“Jangan panggil bapak, saya belum setua itu. Panggil Kevin” ucap Kevin santai.
“Baiklah” ucap Renia ragu.
Pertemanan antar Renia dan Kevin pun di mulai.
Semenjak percakapan malam itu, Kevin sering berkunjung di saat semua karyawan telah pulang dan terkadang saat breakfast Kevin suka menyempatkan diri datang ke cafe untuk sekedar santap roti.
Malam ini, Kevin sengaja datang lima menit sebelum tutup rencanya ia mau mengajak Renia jalan-jalan sebentar, entah kenapa semenjak pertama kali bertemu ia tertarik dengan gadis itu.
“Sori, Kevin. Malam ini rencanya aku mau bikin resep baru di dapur. Lain kali aja yah” ucap Renia tidak enak hati.
“Tidak masalah, mmm.. kalau begitu aku bantu kamu bikin resep terbaru itu” ucap Kevin menyodorkan diri.
Setelah berpikir sejenak, Renia mengiyakan tawaran Kevin. tanpa menunggu waktu mereka segera menuju dapur.
Renia telah mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipraktekkannya tadi.
Kevin tidak tahu harus memulai darimana tapi dengan pasti ia mengamati gerakan lincah Renia dalam mengolah tepung dan beberapa bahan yang lain yang Kevin tidak tahu.
Renia yang sibuk mengaduk bahan, teringat Kevin yang dicuekinnya.
“Ayo sini, jangan bengong disana, tapi mau bantuin” ucap Renia tersenyum.
Dengan pasti Kevin melangkah ke arah Renia dan berdiri tepat di samping Renia.
“Aku tidak terlalu mengerti tentang bahan-bahan kue” ujar kevin polos sambil mengamati bahan-bahan kue yang tertangkap oleh pandanggannya.
“Kalau memakannya, ngerti kan?” goda Renia.
Gelak tawa Kevin pecah dibuatnya. Renia ikutan tertawa dan sesekali fokus sama adonannya.
“Kalau ini apa namanya” tunjuk Kevin pada sebuah kotak yang terletak dengan tepung gula.
Renia mengarahkan pandangannya pada tunjuk Kevin. ” Itu soda kue ” jawabnya.
“Kalau itu”.
“Vanilli bubuk”
“Terus ini” tanya Kevin sekali lagi sambil mengarahkan tunjuknya pada pipi Renia. Ketika memalingkan muka, tepat sebuah colekan coklat lengket di pipinya.
“Kevin” ujar Renia kesal, tidak terima Renia membalasnya.
Terjadilah adegan lumuran coklat di pipi masing-masing.
Kevin yang sudah menggenggam tepung bersiap-siap melemparnya ke arah Renia. Renia yang mengetahuinya sigap menghindar. Aksi kejar-kejaran tak terhindar. Langkah Kevin semakin mendekat, Renia terpojok di dekat pintu dapur.
ketika langkah Kevin semakin mendekat, Renia segera melesat tapi sayang lantai di dekatnya licin. Kevin sigap Menyambutnya namun sayang mereka sama-sama terjatuh dan Renia tepat berada di atas tubuh Kevin.
Pandangan mereka bersirobok. Debaran jantung yang tak beraturan tak dapat mereka hindari satu sama lain.
Renia tak bisa menahan tawanya karena melihat wajah Kevin yang berlepotan tepung dan coklat. Kevin jadi terpancing tawanya.
Sesaat kemudian, mereka terdiam. Renia sadar posisi ini tidak menguntungkan bagi mereka berdua.
Renia segera bangkit dari tubuh Kevin dan pergelangan tangan Kevin tepat di pinggangnya, menahan.
Kevin menatap lekat-lekat wajah Renia dan sedikit menghembuskan napas.
“I LOVE YOU” bisik Kevin mantap.
Renia terpaku mendengar ucapan dari Kevin sebentar, ia merasa pendengarannya bermasalah.
“Aku sayang kamu” ulangnya lagi.
Sebuah senyuman mengembang di pipi Renia. Kevin langsung menangkap arti senyuman itu dan segera memeluk erat tubuh Renia. Perasaannya terbalas.
Renia berhasil mencuri hatinya, semenjak pertemuan pertama itu bayangan wajah Renia selalu melekat di pikirannya. Dan sekarang si pencuri hatinya benar-benar telah dimilikinya.
“Apa-apaan kalian” ucap sebuah suara, memebuat Renia dan Kevin gelagapan. Suara seseorang yang sangat mereka kenal.
—
Farah terkejut karena mendapati Kevin dan Renia dalam posisi yang tidak ingin dilihatnya.
“Kalian keterlaluan” ucap Farah setengah berteriak dan perlahan namun pasti segera keluar meninggalkan cafenya.
Renia dan Kevin segera berdiri memperbaiki posisinya.
“Bagaimana ini, Farah pasti marah” ucap Renia bersalah.
“Tenang, Farah perlu penjelasan dari kita” ucap Kevin menenangkan.
Setelah membersihkan diri secara kilat Renia dan Kevin segera menyusul Farah yang setengah berlari menuju parkiran.
“Farah, tunggu” teriak Kevin berharap Farah mau berhenti, namun percuma Farah semakin mempercepat larinya. kevin segera mempercepat langkahnya.
Kevin berhasil mencegat Farah untuk tidak masuk ke dalam mobil.
“Ada apa lagi, sudah cukup kalian menyakitiku” ucap Farah marah.
“Menyakiti?” tanya Kevin bingung.
Renia berhasil menyusul keduanya di parkiran dan mendapati Farah yang begitu marah padanya.
“Apa kamu tidak bisa membaca perasaanku, Kevin” ucap Farah menahan perih.
kevin terkejut mendengar penuturan Farah, selama ini dia menganggap Farah layaknya seorang saudara dan ternyata perhatiaannya ini disalah artikan oleh Farah.
“Farah, aku…”.
“Sudahlah Kevin, aku cukup sadar. Dan untuk kamu, Re. Selamat kamu berhasil merebut hatinya dari ku” ujar Farah penuh tekanan.
Mendengar ucapan Farah, hati Renia terasa tersayat di buatnya, sakit.
“Far, dengerin gue…”.
“Percuma, semua sudah jelas”.
“Farah, dengar. Ini semua bukan salah Renia tapi aku yang memulai perasaan ini. Aku mohon pengertian kamu. Sebuah perasaan tidak bisa dipermainkan. Kalau aku sempat jadian dengan kamu tanpa ada perasaan sayang, apa kamu mau?” ujar Kevin memberikan pengertian dan segera menarik Farah ke dalam pelukannya sembari mengarahkan pandanngannya pada Renia, gadis hatinya.
Farah tidak kuasa menahan tangisnya, dekapan Kevin membuatnya tenang.
“Maafkan aku, Far. aku sayang kamu tapi sebagai seorang kakak terhadap adiknya. Aku cinta Renia. Aku mohon pengertian kamu” ujar Kevin lembut sembari mengelus rambut Farah.
Entah kenapa mendengar penjelasan Kevin, membuat Farah bisa menerima semuanya. Sahabatnya saling mencintai, mungkin itu lebih baik, pikirnya.
“Maafin aku ya” ujar Farah sembari memeluk Renia.
“Aku juga, nggak jujur sama kamu” balas Renia.
Farah melepas pelukan Renia dan segera masuk ke dalam mobilnya, menjauh dari mereka akan membuat perasaan sedikit tenang untuk sementara waktu.
Kevin dan Renia masih terdiam di parkiran.
“Dia tidak akan apa-apa” ucap Kevin menenangkan dan langsung mendekap Renia dalam pelukannya dan mengecup gadis pencuri hatinya.
“I LOVE YOU”.
== THE END ==
Cerpen Karangan: R. Yulita
Facebook: R. yulita ‘Rhenys
Hari ini miss Farah mau menjamu teman-teman lamanya di cafe dan hampir semua karyawan masuk dan sibuk dari jam enam pagi tadi. sebentar lagi tamu-tamu Miss Farah datang, Renia segera memberi instruksi pada teman-temannya untuk segera bersiap-siap.
Tepat pukul sembilan. Semua tamu undangan datang. Renia langsung memberikan instruksi pada sebagian rekan-rekannya untuk stand by berdiri di tempat yang telah ditentukan tadi. Renia sendiri berdiri tepat di depan pintu.
Tampak Miss Farah datang dengan Jazz merahnya mengenakan setelan modis ciri khasnya dengan dandanan minimalis sangat memikat.
“Kerja yang bagus” ujar Miss Farah setengah berbisik pada Renia. Renia membalas dengan senyuman menarik.
“Terima kasih, Miss” balasnya.
“Oh ya, nanti ada tamu spesial yang datang, tolong kamu layani dia dengan baik. karena dia begitu spesial bagi saya” ucap Miss Farah merona.
“Baiklah, Miss” jawab Renia sekenanya.
Tapi Renia bisa menebak kalau tamu spesial ini pasti laki-laki yang berhasil memikat Miss Farah yang begitu selektif dalam memilih pasangan.
Sebuah Audi melesat berhenti tepat di depan pintu cafe, sang pemilik turun dengan wibawanya, mengenakan setelan kemeja biru bergaris halus sangat pas dengan badannya yang atletis dan paras wajah yang sangat memikat.
Ketika kakinya melangkah masuk, semua mata tertuju padanya. Renia tampak kaget karena tamu itu membuka pintu sendiri, ia takut kena marah sama Miss Farah, langsung gelagapan dan menuju pintu masuk namun sebuah insiden menimpanya. Renia selip dan bisa dibayangkan betapa sakitnya jika pantatnya mendarat di lantai. Entah sambutan darimana, Renia merasakan sebuah dekapan membantunya. Jantung Renia seakan berpacu dibuatnya.
“Berhati-hatilah” ucap suara berat itu menyentakkan kesadaran Renia.
Dengan malu, renia berdiri sempurna sambil menyembunyikan rona merah di wajahnya.
“Maafkan saya, pak” ucapnya kikuk.
“Tidak apa-apa” ucap laki-laki itu sembari tersenyum.
“Kamu tidak apa-apa Renia” tanya Miss Farah yang telah berdiri tepat di samping laki-laki yang menolong Renia.
“Tidak apa-apa, Miss” jawab Renia mmasih tertunduk.
“Ok, yuk Kevin, aku mau ngajakin kamu gabung dengan yang lain” ajak Miss Farah sambil mengapit pada lengan Kevin, nama laki-laki itu.
kevin menganggukkan kepalanya dan menyamakan langkah dengan Farah.
—
“Sorry ya, Far, gue rusak acara lo kemarin” ucap Renia bersalah.
“Udah, ngapain lo sungkan gitu. Semua baik-baik kok. Kevin sudah menolong lo” ujar Farah meyakinkan.
Farah dan Renia adalah teman lama yang dipertemukan kembali di saat Renia mengantar lamaran di cafe milik Farah. Farah langsung menerima Renia dan menjadikan sahabatnya itu sebagai orang kepercayaan di cafe.
“Sepertinya tamu yang spesial itu dia” goda Renia.
Pipi Farah merona seketika.
“Apaan sih, Re. Dia itu teman” ujar Farah menyangkal.
“Oh ya” ujar Renia tidak percaya.
“Sudah ah, gue mau pulang. Hari ini lo tutup sendiri yah” ucap Farah menyudahi.
“Ya Miss Farah” goda Renia, karena rona merah di pipi Farah belum hilang.
Farah melemparkan senyuman khasnya pada Renia dan langsung memutar badannya menuju parkiran.
Sepuluh menit lagi cafe tutup, Renia sengaja menyuruh karyawan Yang lainnya segera tutup karena malam ini, Renia ingin bereksperimen sebentar di dapur cafe. Tadi pagi ia sempat browsing resep terbaru dan ingin mempraktikkannya.
“Kita duluan Re” ucap rekan-rekannya pamit.
“Bye” balas Renia dan menutup pintu cafe.
Belum sempurna langkahnya. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu cafe.
Pasti pengunjung ngidam, pikirnya usil.
Renia segera membuka pintu cafe dan mendapati laki-laki kemarin yang menolongnya.
Ada apa laki-laki itu datang kesini, apakah dia mencari Farah. sebelum memutuskan untuk berbicara laki-laki itu tersenyum padanya.
“Boleh saya masuk” tanya Kevin polos.
“Oh, silahkan” jawab Renia mempersilahkan.
Kevin langsung masuk dan mengambil tempat duduk di dekat counter kue.
“Kamu mau mencari Miss Farah?” tebak Renia ragu.
“Tidak juga, tadi kebetulan lewat. Jadi mampir gitu” ujar Kevin santai sambil mengamati suasana cafe yang terlihat sepi.
“Kenapa sepi?” lanjutnya.
Renia menarik napas, sedikit kesal namun bersikap dingin bukan lah tipenya.
“sudah jam sembilan, cafe sudah tutup pak” ucap Renia santai sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
“Owh, jadi aku pengunjung ilegal yah” goda Kevin tersenyum, sedikit merasa bersalah.
“Tidak masalah pak”.
“Jangan panggil bapak, saya belum setua itu. Panggil Kevin” ucap Kevin santai.
“Baiklah” ucap Renia ragu.
Pertemanan antar Renia dan Kevin pun di mulai.
Semenjak percakapan malam itu, Kevin sering berkunjung di saat semua karyawan telah pulang dan terkadang saat breakfast Kevin suka menyempatkan diri datang ke cafe untuk sekedar santap roti.
Malam ini, Kevin sengaja datang lima menit sebelum tutup rencanya ia mau mengajak Renia jalan-jalan sebentar, entah kenapa semenjak pertama kali bertemu ia tertarik dengan gadis itu.
“Sori, Kevin. Malam ini rencanya aku mau bikin resep baru di dapur. Lain kali aja yah” ucap Renia tidak enak hati.
“Tidak masalah, mmm.. kalau begitu aku bantu kamu bikin resep terbaru itu” ucap Kevin menyodorkan diri.
Setelah berpikir sejenak, Renia mengiyakan tawaran Kevin. tanpa menunggu waktu mereka segera menuju dapur.
Renia telah mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipraktekkannya tadi.
Kevin tidak tahu harus memulai darimana tapi dengan pasti ia mengamati gerakan lincah Renia dalam mengolah tepung dan beberapa bahan yang lain yang Kevin tidak tahu.
Renia yang sibuk mengaduk bahan, teringat Kevin yang dicuekinnya.
“Ayo sini, jangan bengong disana, tapi mau bantuin” ucap Renia tersenyum.
Dengan pasti Kevin melangkah ke arah Renia dan berdiri tepat di samping Renia.
“Aku tidak terlalu mengerti tentang bahan-bahan kue” ujar kevin polos sambil mengamati bahan-bahan kue yang tertangkap oleh pandanggannya.
“Kalau memakannya, ngerti kan?” goda Renia.
Gelak tawa Kevin pecah dibuatnya. Renia ikutan tertawa dan sesekali fokus sama adonannya.
“Kalau ini apa namanya” tunjuk Kevin pada sebuah kotak yang terletak dengan tepung gula.
Renia mengarahkan pandangannya pada tunjuk Kevin. ” Itu soda kue ” jawabnya.
“Kalau itu”.
“Vanilli bubuk”
“Terus ini” tanya Kevin sekali lagi sambil mengarahkan tunjuknya pada pipi Renia. Ketika memalingkan muka, tepat sebuah colekan coklat lengket di pipinya.
“Kevin” ujar Renia kesal, tidak terima Renia membalasnya.
Terjadilah adegan lumuran coklat di pipi masing-masing.
Kevin yang sudah menggenggam tepung bersiap-siap melemparnya ke arah Renia. Renia yang mengetahuinya sigap menghindar. Aksi kejar-kejaran tak terhindar. Langkah Kevin semakin mendekat, Renia terpojok di dekat pintu dapur.
ketika langkah Kevin semakin mendekat, Renia segera melesat tapi sayang lantai di dekatnya licin. Kevin sigap Menyambutnya namun sayang mereka sama-sama terjatuh dan Renia tepat berada di atas tubuh Kevin.
Pandangan mereka bersirobok. Debaran jantung yang tak beraturan tak dapat mereka hindari satu sama lain.
Renia tak bisa menahan tawanya karena melihat wajah Kevin yang berlepotan tepung dan coklat. Kevin jadi terpancing tawanya.
Sesaat kemudian, mereka terdiam. Renia sadar posisi ini tidak menguntungkan bagi mereka berdua.
Renia segera bangkit dari tubuh Kevin dan pergelangan tangan Kevin tepat di pinggangnya, menahan.
Kevin menatap lekat-lekat wajah Renia dan sedikit menghembuskan napas.
“I LOVE YOU” bisik Kevin mantap.
Renia terpaku mendengar ucapan dari Kevin sebentar, ia merasa pendengarannya bermasalah.
“Aku sayang kamu” ulangnya lagi.
Sebuah senyuman mengembang di pipi Renia. Kevin langsung menangkap arti senyuman itu dan segera memeluk erat tubuh Renia. Perasaannya terbalas.
Renia berhasil mencuri hatinya, semenjak pertemuan pertama itu bayangan wajah Renia selalu melekat di pikirannya. Dan sekarang si pencuri hatinya benar-benar telah dimilikinya.
“Apa-apaan kalian” ucap sebuah suara, memebuat Renia dan Kevin gelagapan. Suara seseorang yang sangat mereka kenal.
—
Farah terkejut karena mendapati Kevin dan Renia dalam posisi yang tidak ingin dilihatnya.
“Kalian keterlaluan” ucap Farah setengah berteriak dan perlahan namun pasti segera keluar meninggalkan cafenya.
Renia dan Kevin segera berdiri memperbaiki posisinya.
“Bagaimana ini, Farah pasti marah” ucap Renia bersalah.
“Tenang, Farah perlu penjelasan dari kita” ucap Kevin menenangkan.
Setelah membersihkan diri secara kilat Renia dan Kevin segera menyusul Farah yang setengah berlari menuju parkiran.
“Farah, tunggu” teriak Kevin berharap Farah mau berhenti, namun percuma Farah semakin mempercepat larinya. kevin segera mempercepat langkahnya.
Kevin berhasil mencegat Farah untuk tidak masuk ke dalam mobil.
“Ada apa lagi, sudah cukup kalian menyakitiku” ucap Farah marah.
“Menyakiti?” tanya Kevin bingung.
Renia berhasil menyusul keduanya di parkiran dan mendapati Farah yang begitu marah padanya.
“Apa kamu tidak bisa membaca perasaanku, Kevin” ucap Farah menahan perih.
kevin terkejut mendengar penuturan Farah, selama ini dia menganggap Farah layaknya seorang saudara dan ternyata perhatiaannya ini disalah artikan oleh Farah.
“Farah, aku…”.
“Sudahlah Kevin, aku cukup sadar. Dan untuk kamu, Re. Selamat kamu berhasil merebut hatinya dari ku” ujar Farah penuh tekanan.
Mendengar ucapan Farah, hati Renia terasa tersayat di buatnya, sakit.
“Far, dengerin gue…”.
“Percuma, semua sudah jelas”.
“Farah, dengar. Ini semua bukan salah Renia tapi aku yang memulai perasaan ini. Aku mohon pengertian kamu. Sebuah perasaan tidak bisa dipermainkan. Kalau aku sempat jadian dengan kamu tanpa ada perasaan sayang, apa kamu mau?” ujar Kevin memberikan pengertian dan segera menarik Farah ke dalam pelukannya sembari mengarahkan pandanngannya pada Renia, gadis hatinya.
Farah tidak kuasa menahan tangisnya, dekapan Kevin membuatnya tenang.
“Maafkan aku, Far. aku sayang kamu tapi sebagai seorang kakak terhadap adiknya. Aku cinta Renia. Aku mohon pengertian kamu” ujar Kevin lembut sembari mengelus rambut Farah.
Entah kenapa mendengar penjelasan Kevin, membuat Farah bisa menerima semuanya. Sahabatnya saling mencintai, mungkin itu lebih baik, pikirnya.
“Maafin aku ya” ujar Farah sembari memeluk Renia.
“Aku juga, nggak jujur sama kamu” balas Renia.
Farah melepas pelukan Renia dan segera masuk ke dalam mobilnya, menjauh dari mereka akan membuat perasaan sedikit tenang untuk sementara waktu.
Kevin dan Renia masih terdiam di parkiran.
“Dia tidak akan apa-apa” ucap Kevin menenangkan dan langsung mendekap Renia dalam pelukannya dan mengecup gadis pencuri hatinya.
“I LOVE YOU”.
== THE END ==
Cerpen Karangan: R. Yulita
Facebook: R. yulita ‘Rhenys
0 komentar:
Posting Komentar